Menuju Bima Bebas Hiv/ Aids 2025
Cari Berita

Advertisement

Menuju Bima Bebas Hiv/ Aids 2025

Senin, 19 September 2022


DONGGO, PORTALNTB.NET - HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga daya tubuh semakin melemah dan rentan diserang berbagai penyakit. HIV yang tidak cepat ditangani akan berkembang menjadi AIDS (Acquired 


Immune Deficiency Syndrome) yang mana kondisi ini merupakan stadium akhir dari infeksi HIV dan tubuh sudah tidak mampu untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

GERMAS tak pernah berhenti untuk selalu bersosialisasi tentang kesehatan kepada masyarakat, hal itu seperti yang diungkapkan oleh Ilham, S.KM yang merupakan Prokems Kecamatan Soromandi dan kali kali ini ingin membahas tentang HIV . 


Adapun factor resiko HIV/AIDS ini masuk melalui dua jalur yaitu melalui cairan kelamin dan darah, sehingga faktor risiko HIV/ AIDS berhubungan dengan kedua hal tersebut antara lain sering berganti pasangan, melakukan hubungan seksual yang beresiko baik homoseksual maupun heteroseksual, menggunakan jarum suntik narkoba secara bersamaan, dan penularan dari ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS melalui plasenta ke janin. Nah, gejala HIV/AIDS itu antara lain : 


1. Stadium 1 , Fase ini disebut sebagai infeksi HIV asimtomatik dimana gejala HIV awal masih tidak terasa. Fase ini belum masuk kategori sebagai AIDS karena tidak menunjukkan gejala. Apabila ada gejala yang sering terjadi adalah pembengkakan kelenjar getah bening di beberapa bagian tubuh seperti ketiak, leher, dan lipatan paha. Penderita (ODHA) pada fase ini masih terlihat sehat dan normal namun penderita sudah terinfeksi serta dapat menularkan virus ke orang lain.


2. Stadium 2 . Daya tahan tubuh ODHA pada fase ini umumnya mulai menurun namun, gejala mulai muncul dapat berupa: penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, penurunan ini dapat mencapai kurang dari 10 persen dari berat badan sebelumnya, infeksi saluran pernapasan seperti siunusitis, bronkitis, radang telinga tengah (otitis), dan radang tenggorokan, infeksi jamur pada kuku dan jari-jari, herpes zoster yang timbul bintil kulit berisi air dan berulang dalam lima tahun, Gatal pada kulit ,dermatitis seboroik atau gangguan kulit yang menyebabkan kulit bersisik, berketombe, dan berwarna kemerahan, radang mulut dan stomatitis (sariawan di ujung bibir) yang berulang


3. Stadium 3 , pada fase ini mulai timbul gejala-gejala infeksi primer yang khas sehingga dapat mengindikasikan diagnosis infeksi HIV/AIDS. Gejala pada stadium 3 yaitu diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan tanpa penyebab yang jelas, penurunan berat badan kurang dari 10% berat badan sebelumnya tanpa penyebab yang jelas, demam yang terus hilang dan muncul selama lebih dari satu bulan, infeksi jamur di mulut (Candiasis oral), muncul bercak putih pada lidah yang tampak kasar, berobak, dan berbulu, tuberkulosis paru, radang mulut akut, radang gusi, dan infeksi gusi (periodontitis) yang tidak kunjung sembuh, penurunan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit


4. Stadium 4 , Fase ini merupakan stadium akhir AIDS yang ditandai dengan pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh dan penderita dapat merasakan beberapa gejala infeksi oportunistik yang merupakan infeksi pada sistem kekebalan tubuh yang lemah. Beberapa gejala dapat meliputi pneumonia pneumocystis dengan gejala kelelahan berat, batuk kering, sesak nafas, dan dema, Penderita semakin kurus dan mengalami penurunan berat badan lebih dari 10%, infeksi bakteri berat, infeksi sendi dan tulang, serta radang otak, infeksi herpes simplex kronis yang menimbulkan gangguan pada kulit kelamin dan di sekitar bibir, tuberkulosis kelenjar, tnfeksi jamur di kerongkongan sehingga membuat kesulitan untuk makan, sarcoma Kaposi atau kanker yang disebabkan oleh infeksi virus human herpesvirus 8 (HHV8), toxoplasmosis cerebral yaitu infeksi toksoplasma otak yang menimbulkan abses di otak, penurunan kesadaran, kondisi tubuh ODHA sudah sangat lemah sehingga aktivitas terbatas dilakukan di tempat tidur


Kemudian bagamaimana cara pengobatan HIV/AIDS ? Ilham menjelaskan kembali bahwa penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa antiretroviral (ARV) yang bekerja untuk mencegah virus HIV menggandakan diri dan menghancurkan sel CD4. Pengobatan ini dapat digunakan untuk ibu hamil agar mencegah penularan HIV ke janin. Namun perlu diingat bahwa pengobatan ini harus dilakukan rutin dan diminum sesuai jadwal, di waktu yang sama setiap hari agar perkembangan virus dapat dikendalikan.


Sedangkan pencegahan HIV/AIDS dapat dicegah dengan cara saling setia terhadap pasangan, hindari berganti-ganti pasangan, hindari penggunaan narkoba terutama melalui jarum suntik, e edukasi HIV yang benar mengenai cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya, dapat membantu mencegah penularan HIV di  masyarakat.


Sekali lagi, Ilham, S. Km mengajak masyarakat untuk tetap berhati hati dengan penyakit HIV/AIDS karena bukan hanya dirinya tetapi istri dan anak-anaknya juga akan merasakan penyakit berbahaya ini (AD)